Rabu, 05 November 2014

Diversifikasi Pangan di Indonesia


Diversifikasi Pangan di Indonesia





Dari dulu hingga kini nasi merupakan primadona bagi masyarakat negara kita. Jika belum makan nasi itu rasanya seperti belum makan atau rasanya hanya makan makanan ringan yang tidak mengenyangkan saja. Hal ini yang terjadi pada hampir seluruh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu upaya pemerintah dalam penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terhambat. Diversifikasi pangan yang di artikan makan tidak terpusat pada nasi sudah lama di di sosialisasikan namun efeknya tidak banyak. Nasi tetap saja menjadi pangan  unggulan. Masih untung banyak ditemui produk mie instan yang bisa ”sementara” menggantikan nasi. Artinya rakyat sudah mulai mendiversifikasi perutnya. Namun, itu hanya berlaku bagi yang masih mempunyai daya beli. Image atau citra bahwa pangan hanya disimbolkan dengan beras semata adalah meruapakan inti permasalahannya. Padahal masih banyak sumber pangan lain yang dapat kita manfaatkan untuk mengganti ataupun melengkapi konsumsi beras ini. Ada singkong, ubi jalar, sagu, jagung, kentang, dan masih banyak bahan alternatif lainnya yang nilai gizinya tidak kalah, bahkan memiliki kelebihan dibandingkan beras.
Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi (Himagizi, 2009).
Negara kita sangat subur bahkan ada yang mengibaratkannya sebagai surga, tongkat kayu pun bisa menjadi tanaman. Biji mangga yang dilemparkan begitu saja pun terkadang mampu tumbuh menjadi pohon besar dan menghasilkan mangga baru. Rumput tumbuh begitu saja dimana-mana tanpa dipupuk, dipelihara, bahkan ditanam pun tidak. Lantas mengapa bisa terjadi krisis pangan? Pertama, beras mempunyai citra yang lebih baik dibanding bahan pangan yang kain. Kedua, ketersediaan beras sepanjang waktu di berbagai wilayah, lebih baik dibanding ketersediaan komoditas pangan lainnya. Ketiga, teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat mudah, menghasilkan rasa yang tidak membosankan.

Untuk mengatasi krisis pangan yang terjadi di Indonesia seperti yang ditunjukkan dengan angka impor beras yang begitu tinggi program diversifikasi pangan ini dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan. Kesadaran individu dalam mengutamakan kesehatan dapat mendorong suksesnya program diversifikasi pangan. Bila orang sadar bahwa makanan beragam itu penting untuk kesehatan, maka semestinya setiap orang akan makan makanan beragam setiap harinya. Kenyataan tidaklah demikian. Meskipun mengerti akan hal itu, banyak orang yang tidak dapat melakukannya. Keterbatasan daya beli umumnya merupakan alasan utama mengapa orang tidak bisa makan makanan secara beragam. Karena tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam mengakses pangan secara beragam, maka diperlukan upaya-upaya yang mendorong dan memfasilitasi agar setiap orang memperoleh pangan dalam jumlah dan keragaman yang cukup

Pada perkembangan terakhir, Departemen Pertanian mengupayakan percepatan diversifikasi pangan yang diharapkan tercapai pada tahun 2015 melalui dua tahap, yaitu Tahap I tahun 2007 - 2010 dan Tahap II tahun 2011-2015. Untuk kurun waktu tahun 2007-2010 kegiatan difokuskan kepada penciptaan pasar domestik untuk pangan olahan sumber karbohidrat nonberas, sayuran dan buah, serta pangan sumber protein nabati dan hewani melalui suatu kegiatan konstruksi sosial proses internalisasi diversifikasi konsumsi pangan yang dilaksanakan melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pentingnya diversifikasi konsumsi pangan yang disertai dengan pengembangan sisi suplai aneka ragam pangan melalui pengembangan bisnis pangan. Kurun waktu 2010-2015 difokuskan pada penguatan kampanye nasional diversifikasi konsumsi  dan pendidikan gizi seimbang di sekolah dan masyarakat sejak usia dini . Terdapat empat kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu (Badan Ketahanan Pangan, 2006) :

1.Kampanye nasional diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya pangan lokal baik untuk aparat pemerintahan tingkat pusat dan daerah, individu, kelompok masyarakat maupun industri.

2.Pendidikan diversifikasi konsumsi pangan secara sistematis sejak dini.

3.Peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak memproduksi, menyediakan atau memperdagangkan, dan mengkonsumsi pangan yang tidak aman.

4.Fasilitasi pengembangan bisnis pangan melalui fasilitasi pengembangan aneka pangan segar, industri pangan olahan dan pangan siap saji berbasis sumberdaya lokal.

         Dengan adanya program - program diversifikasi pangan oleh pemerintah ini diharapkan rakyat Indonesia tidak lagi mengalami krisis pangan.


Daftar Pustaka
Badan Ketahanan Pangan. 2006. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan.  Departemen Pertanian,    Jakarta.
Himagizi. 2009. Diversifikasi Pangan. http://gizi.fema.ipb.ac.id/himagizi/?p=83. Diakses tanggal 4    November 2014.

Oleh : Inas Syarifah (13127)

2 komentar:

  1. Artikel “Diversifikasi Pangan di Indonesia” memiliki nilai-nilai penyuluhan, diantaranya adanya sumber ide, adanya sasaran, adanya manfaat, dan adanya nilai pendidikan. Ide yang disampaikan dalam artikel tersebut mengenai diversifikasi pangan, yaitu pemanfaatan sumber pangan lain selain beras sebagai sumber pangan sehari-hari. Sasaran yang dituju oleh penulis adalah seluruh masyarakat Indonesia. Manfaat dari diversifikasi pangan adalah menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi pangan tidak hanya mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan generasi yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi. Nilai pendidikan dari artikel tersebut diantaranya adalah mendorong kesadaran seluruh elemen masyarakat akan pentingnya penerapan diversifikasi pangan di Indonesia.
    Menurut saya nilai berita yang terdapat dalam artikel ini diantaranya timelines, importance, consequance, dan policy. Artikel yang disampaikan bersifat baru (timelines) karena diversifikasi pangan diharapkan akan tercapai pada tahun 2015. Diversifikasi pangan sangat berkaitan erat dengan petani (importance) , karena diversifikasi pangan sangat tergantung dari tingkat produksi berbagai komoditas pangan petani Indonesia. Percepatan diversifikasi pangan diatur oleh Departemen Pertanian melalui dua tahap yaitu tahap I tahun 2007-2010 dan tahap II tahun 2011-2015 (consequance). Kebijakan percepatan diversifikasi pangan berkaitan dengan kepentingan petani dan masyarakat (policy), diversifikasi pangan diharapkan mampu untuk mencegah krisis pangan di Indonesia.

    BalasHapus
  2. Pridana Intan Susanti
    13/350228/PN/13385

    BalasHapus

Mengenai Saya

sleman, yogyakarta, Indonesia