Diversifikasi Pangan di Indonesia
Dari dulu hingga kini nasi merupakan
primadona bagi masyarakat negara kita. Jika belum makan nasi itu rasanya
seperti belum makan atau rasanya hanya makan makanan ringan yang tidak
mengenyangkan saja. Hal ini yang terjadi pada hampir seluruh masyarakat
Indonesia. Oleh sebab itu upaya pemerintah dalam penganekaragaman pangan atau
diversifikasi pangan terhambat. Diversifikasi pangan yang di artikan makan
tidak terpusat pada nasi sudah lama di di sosialisasikan namun efeknya tidak
banyak. Nasi tetap saja menjadi pangan
unggulan. Masih untung banyak ditemui produk mie instan yang bisa
”sementara” menggantikan nasi. Artinya rakyat sudah mulai mendiversifikasi
perutnya. Namun, itu hanya berlaku bagi yang masih mempunyai daya beli. Image atau citra bahwa pangan hanya
disimbolkan dengan beras semata adalah meruapakan inti permasalahannya. Padahal
masih banyak sumber pangan lain yang dapat kita manfaatkan untuk mengganti
ataupun melengkapi konsumsi beras ini. Ada singkong, ubi jalar, sagu, jagung,
kentang, dan masih banyak bahan alternatif lainnya yang nilai gizinya tidak
kalah, bahkan memiliki kelebihan dibandingkan beras.
Diversifikasi pangan menjadi salah
satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi
pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi
juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang
berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi (Himagizi,
2009).
Negara kita sangat subur bahkan ada
yang mengibaratkannya sebagai surga, tongkat kayu pun bisa menjadi tanaman.
Biji mangga yang dilemparkan begitu saja pun terkadang mampu tumbuh menjadi
pohon besar dan menghasilkan mangga baru. Rumput tumbuh begitu saja dimana-mana
tanpa dipupuk, dipelihara, bahkan ditanam pun tidak. Lantas mengapa bisa
terjadi krisis pangan? Pertama, beras mempunyai citra yang lebih baik dibanding
bahan pangan yang kain. Kedua, ketersediaan beras sepanjang waktu di berbagai
wilayah, lebih baik dibanding ketersediaan komoditas pangan lainnya. Ketiga,
teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat mudah, menghasilkan rasa yang
tidak membosankan.
Untuk mengatasi
krisis pangan yang terjadi di Indonesia seperti yang ditunjukkan dengan angka
impor beras yang begitu tinggi program diversifikasi pangan ini dapat menjadi
salah satu kunci keberhasilan. Kesadaran individu dalam mengutamakan kesehatan
dapat mendorong suksesnya program diversifikasi pangan. Bila orang sadar bahwa
makanan beragam itu penting untuk kesehatan, maka semestinya setiap orang akan
makan makanan beragam setiap harinya. Kenyataan tidaklah demikian. Meskipun
mengerti akan hal itu, banyak orang yang tidak dapat melakukannya. Keterbatasan daya beli
umumnya merupakan alasan utama mengapa orang tidak bisa makan makanan secara
beragam. Karena tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam mengakses
pangan secara beragam, maka diperlukan upaya-upaya yang mendorong dan
memfasilitasi agar setiap orang memperoleh pangan dalam jumlah dan keragaman
yang cukup
Pada
perkembangan terakhir, Departemen Pertanian mengupayakan percepatan
diversifikasi pangan yang diharapkan tercapai pada tahun 2015 melalui dua tahap,
yaitu Tahap I tahun 2007 - 2010 dan Tahap II tahun 2011-2015. Untuk kurun waktu
tahun 2007-2010 kegiatan difokuskan kepada penciptaan pasar domestik untuk
pangan olahan sumber karbohidrat nonberas, sayuran dan buah, serta pangan
sumber protein nabati dan hewani melalui suatu kegiatan konstruksi sosial proses
internalisasi diversifikasi konsumsi pangan yang dilaksanakan melalui
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pentingnya diversifikasi
konsumsi pangan yang disertai dengan pengembangan sisi suplai aneka ragam
pangan melalui pengembangan bisnis pangan. Kurun waktu 2010-2015 difokuskan
pada penguatan kampanye nasional diversifikasi konsumsi dan pendidikan gizi seimbang di sekolah dan
masyarakat sejak usia dini . Terdapat empat kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu (Badan Ketahanan Pangan, 2006) :
1.Kampanye nasional diversifikasi
konsumsi pangan berbasis sumberdaya pangan lokal baik untuk aparat pemerintahan
tingkat pusat dan daerah, individu, kelompok masyarakat maupun industri.
2.Pendidikan diversifikasi konsumsi
pangan secara sistematis sejak dini.
3.Peningkatan kesadaran masyarakat
untuk tidak memproduksi, menyediakan atau memperdagangkan, dan mengkonsumsi
pangan yang tidak aman.
4.Fasilitasi pengembangan bisnis
pangan melalui fasilitasi pengembangan aneka pangan segar, industri pangan
olahan dan pangan siap saji berbasis sumberdaya lokal.
Dengan adanya program - program diversifikasi pangan oleh pemerintah ini diharapkan rakyat Indonesia tidak lagi mengalami krisis pangan.
Daftar Pustaka
Badan Ketahanan Pangan. 2006. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Himagizi. 2009. Diversifikasi Pangan. http://gizi.fema.ipb.ac.id/himagizi/?p=83. Diakses tanggal 4 November 2014.
Oleh : Inas Syarifah (13127)
Artikel “Diversifikasi Pangan di Indonesia” memiliki nilai-nilai penyuluhan, diantaranya adanya sumber ide, adanya sasaran, adanya manfaat, dan adanya nilai pendidikan. Ide yang disampaikan dalam artikel tersebut mengenai diversifikasi pangan, yaitu pemanfaatan sumber pangan lain selain beras sebagai sumber pangan sehari-hari. Sasaran yang dituju oleh penulis adalah seluruh masyarakat Indonesia. Manfaat dari diversifikasi pangan adalah menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi pangan tidak hanya mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan generasi yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi. Nilai pendidikan dari artikel tersebut diantaranya adalah mendorong kesadaran seluruh elemen masyarakat akan pentingnya penerapan diversifikasi pangan di Indonesia.
BalasHapusMenurut saya nilai berita yang terdapat dalam artikel ini diantaranya timelines, importance, consequance, dan policy. Artikel yang disampaikan bersifat baru (timelines) karena diversifikasi pangan diharapkan akan tercapai pada tahun 2015. Diversifikasi pangan sangat berkaitan erat dengan petani (importance) , karena diversifikasi pangan sangat tergantung dari tingkat produksi berbagai komoditas pangan petani Indonesia. Percepatan diversifikasi pangan diatur oleh Departemen Pertanian melalui dua tahap yaitu tahap I tahun 2007-2010 dan tahap II tahun 2011-2015 (consequance). Kebijakan percepatan diversifikasi pangan berkaitan dengan kepentingan petani dan masyarakat (policy), diversifikasi pangan diharapkan mampu untuk mencegah krisis pangan di Indonesia.
Pridana Intan Susanti
BalasHapus13/350228/PN/13385